Oktober 13, 2006
Mencapai Hati yang Istiqamah
12/20/2002
Ma’asyiral muslimin rakhimahullah!
Hati adalah sumber kebaikan dan keburukan seseorang. Bila hati penuh dengan ketaatan kepada Allah, maka perilaku seseorang akan penuh dengan kebaikan. Sebaliknya, bila hati penuh dengan syahwat dan hawa nafsu, maka yang akan muncul dalam perilaku adalah keburukan dan kemaksiatan.
Keburukan dan kemaksiatan ini bisa datang karena hati seseorang dalam keadaan lengah dari dzikir kepada Allah. Ibnul Qoyyim al-Jauziyah berkata, “Apabila hati seseorang itu lengah dari dzikir kepada Allah, maka setan dengan serta merta akan masuk ke dalam hati seseorang dan mempengaruhinya untuk berbuat keburukan. Masuknya setan ke dalam hati yang lengah ini, bahkan lebih cepat daripada masuknya angin ke dalam sebuah ruangan.”
Oleh karena itu, hati seorang mukmin harus senantiasa dijaga dari pengaruh setan ini. Yaitu, dengan senantiasa berada dalam sikap taat kepada Allah SWT. Upaya inilah yang disebut dengan Istiqamah.
Imam al-Qurtubi berkata, “Hati yang istiqamah adalah hati yang senantiasa lurus dalam ketaatan kepada Allah, baik berupa keyakinan, perkataan, maupun perbuatan.” Lebih lanjut beliau mengatakan, “Hati yang istiqamah adalah jalan menuju keberhasilan di dunia dan keselamatan dari azab akhirat. Hati yang istiqamah akan membuat seseorang dekat dengan kebaikan, rezekinya akan dilapangkan dan akan jauh dari hawa nafsu dan syahwat. Dengan hati yang istiqamah, maka malaikat akan turun untuk memberikan keteguhan dan keamanan serta ketenangan dari ketakutan terhadap adzab kubur. Hati yang istiqamah akan membuat amal diterima dan menghapus dosa.”
Ma’asyiral muslimin rakhimahullah!
Ada banyak cara untuk menggapai hati yang istiqamah ini. Di antaranya: pertama, meletakkan cinta kepada Allah SWT di atas segala-galanya. Ini adalah persoalan yang tidak mudah dan butuh perjuangan keras. Karena, dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengalami benturan antara kepentingan Allah dan kepentingan makhluk, entah itu kepentingan orang tua, guru, teman, saudara, atau yang lainnya. Apabila dalam kenyataanya kita lebih mendahulukan kepentingan makhluk, maka itu pertanda bahwa kita belum meletakkan cinta Allah di atas segala-galanya.
Padahal, Allah SWT telah menegaskan bahwa siapa yang lebih mencintai sesuatu selain Allah, maka ia justru akan tersiksa dengan rasa cintanya itu. Siapa yang takut karena selain Allah, maka ia justru akan dikuasai oleh rasa takutnya itu. Siapa yang sibuk dengan selain Allah, maka ia akan mengalami kebosonan dan siapa yang mendahulukan yang lain daripada Allah, maka ia tidak akan mendapatkan keberkahan dari-Nya.
Kedua, membesarkan perintah dan larangan Allah. Membesarkan perintah dan larangan Allah harus dimulai dari membesarkan dan mengagungkan pemilik perintah dan larangan tersebut, yaitu Allah SWT. Allah SWT berfirman yang artinya, “Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah.” Ulama dalam menafsirkan ayat ini mengatakan, “Mengapa kalian tidak takut akan kebesaran Allah.”
Membesarkan perintah Allah di antaranya adalah dengan menjaga waktu salat, melakukannya dengan khusyu, memeriksa rukun dan kesempurnaannya serta melakukannya secara berjamaah.
Ketiga, senantiasa berzikir kepada Allah. Zikir adalah wasiat Allah kepada hamba-hamba-Nya dan wasiat Rasulullah kepada ummatnya. Dalam sebuah hadis qudsi Allah SWT berfirman, “Barangsiapa yang mengingat-Ku di dalam dirinya, maka Aku akan mengingat-Nya dalam diri-Ku. Dan barang siapa yang mengingat-Ku dalam kesibukan, maka Aku akan mengingat-Nya dalam kesibukan yang lebih baik darinya.” (HR Bukhari).
Keempat, Mempelajari kisah orang-orang saleh terdahulu. Hal ini diharapkan agar kita bisa mengambil pelajaran dari mereka. Bagaimana kesabaran mereka ketika menghadapi ujian yang berat, kejujuran mereka dalam bersikap, dan keteguhan mereka dalam mempertahankan keimanan.
Allah SWT berfirman, “Sungguh dalam kisah-kisah mereka terdapat ibrah (pelajaran) bagi orang yang memiliki akal, ….”
Kelima, senantiasa berpikir tentang kebesaran ciptaan Allah. Allah SWT memiliki ciptaan yang indah dan besar. Dengan memikirkan ciptaannya diharapkan bisa menyadari betapa besar kekuasaan Allah terhadap ciptaan-Nya itu. Allah SWT berfirman, “Wahai manusia, telah diberikan kepada kalian beberapa permisalan, maka dengarkanlah (perhatikanlah) permisalan itu. Sesungguhnya orang-orang yang engkau seru selain Allah, mereka tidak akan mampu untuk menciptakan lalat, meskipun untuk melakukannya itu mereka berkumpul bersama�.”
Demikianlah beberapa hal yang akan mengantarkan kita kepada hati yang istiqamah. Dan mudah-mudahan saja kita bisa mendapatkannya.
Al-Islam – Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
nur choliq said,
Januari 18, 2007 pada 8:22 am
makasih atas ilmu yang sampai kepadaku.saya memohon ya Allah karuniakanlah padaku hati yang istiqomah,hati yang senantiasa terpaut mencintaiMu. semoga saya bisa bersungguh2 dan dikaruniai kekuatan untuk tetap menjalani hidup dengan penuh semangat,tidak sampai menyerah hadapi hidup ini
mimi amira said,
April 11, 2008 pada 8:24 am
KEKUATAN IMAN SESORANG TERLETAK PADA KESABARAN HATINYA…………..
BEGITU JUGA DENGAN KEMANISAN IMAN LAHIR DARI HATI YANG SABAR DAN ISTIQOMAH DALAM AMAL IBADAHNYA……………..
SEMOGA KITA TERGOLONG DALAM GOLONGAN MEREKA YANG SENTIASA MENINGKAT AMAL IBADAHNYA KEPADA ALLAH…………………..
SESUNGGUHNYA SESIAPA YANG MENCARI KERIDHAAN ALLAH PADA KEMARAHAN MANUSIA MAKA ALLAH MEMUDAHKAN SEGALA URUSANNYA TETAPI SESIAPA YANG MENCARI KAMURKAAN ALLAH MELALUI REDHA MANUSIA MAKA ALLAH MENYERAHKAN URUSANNYA PADA MANUSIA…NAUZUBILLAH……… INGATLAH WAHAI UMAT ISLAM SEKALIAN ”JANGANLAH MENCARI KEMURKAAN ALLAH, SEMATA-MATA UNTUK MENDAPATKAN REDHA MANUSIA……………………………………”
syaiful dj said,
Oktober 10, 2008 pada 1:23 pm
Agar hati selalu sabar dan ikhlas serta tetap istiqamah khususnya dalam ibadah, hendaknya kita lebih mengenal allah.
dwi said,
Juli 31, 2009 pada 2:00 pm
afwan, saya copy ya.
Semoga bermanfaat
ari setiawan said,
September 10, 2009 pada 2:50 pm
Ustd ane ijin mengcopy, syukron semoga bermanfaat
april said,
Desember 6, 2009 pada 9:03 am
assalamualaikum, ana izin copy ya… syukron
Pidin Thea said,
Januari 30, 2010 pada 12:43 pm
iman kadang mungkin timbul dan tenggelam
seiring berputarnya roda sang waktu,
mungkin hanya cinta pd Allah swt. jua lah
yang tak kan lekang oleh waktu…
amien
lenny said,
Februari 1, 2010 pada 11:03 pm
assalamualaikum, sy izin copas ya..jazakumullah khoiron katsiran
Arfia said,
April 17, 2010 pada 4:24 am
Assalamua’alaykum…, Saya izin copas… Trima kasih.
resa said,
Juni 7, 2010 pada 3:48 pm
assalamu’alaykum..afwan ana ijin copas..syukron..
Isna said,
Juli 13, 2010 pada 3:13 am
ijin copas ya, syukron
mimi said,
Agustus 3, 2010 pada 8:03 am
blh tak bg idea tntng kemanisan iman
muhammad ihsan al'atthor said,
Maret 11, 2011 pada 9:46 am
Ijin copy Bro,,
Cahaya Gemilang said,
September 26, 2011 pada 5:35 am
assalamualaikum,,,, ijin copy,,, terima kasih
rizal ahmad said,
April 4, 2012 pada 4:37 am
jazakallahu khairan katsiran
terimakasih ats ilmunya
Ismail said,
Desember 12, 2012 pada 4:00 am
Subhanalla, indahx istiqamah,